Bukittinggi - Berdasarkan banyaknya hasil tangkapan operasi atau razia hampir setiap malam, disimpulkan bahwa kota Bukittinggi dalam darurat penyakit masyarakat (Pekat) khususnya pekerja seks komersial (PSK) dan pelaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
Oleh karena itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kota Bukittinggi.(Kasat Pol PP Joni Feri, pada Kamis, (16/11) menegaskan bahwa perlu dibentuk kerjasama antar instansi pemerintah dan masyarakat untuk memberantas penyakit masyarakat (PEKAT) ini.
"Hasil evaluasi kita, dari setiap operasi atau razia Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bukittinggi yang hampir dilakukan setiap malam. Kita selalu mendapatkan para pelaku PSK dan LGBT. Ini sudah masuk kategori membahayakan. Kota Bukittinggi dapat dikatakan darurat Pekat seperti PSK dan LGBT, " ujar Joni Feri.
Lanjut dikatakannya, ada 3 kategori penyebab perilaku penyakit masyarakat ini, diantaranya, bawaan lahir, korban dan seks menyimpang akibat salah pergaulan. Maka dibutuhkan kerjasama dari peran kita masing-masing untuk mencegah, mengantisipasi, menghambat bahkan sangat diperlukan memberantas perkembangan virus ini.
"Sebagai aparat penegak peraturan daerah, hal inilah yang kita sampaikan di setiap kelurahan dalam bentuk penyuluhan tentang kondisi kota Bukittinggi yang memprihatinkan akhir-akhir ini. Sudah 15 kelurahan dari 24 kelurahan kami roadshow di Bukittinggi, " sebut Joni diruang kerjanya Kamis(16/11).
Joni Feri menambahkan, LGBT ini paling ganas dan sangat membahayakan, masuk kategori penyumbang virus HIV-AIDS terbanyak ketika melakukan hubungan seks dengan sesama jenis.
Baca juga:
Poempida: IDCTA Promosikan Dekarbonisasi
|
"Kami meminta dan menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk prihatin atas kejadian ini. Khususnya kepada Tokoh-tokoh masyarakat, Para ustadz, Ketua-Ketua Lembaga Sosial, Ketua-Ketua Partai Politik dan lain sebagainya bersama dengan Pemerintah untuk memberikan informasi tentang bahaya penyakit masyarakat ini, " pinta Joni.
Dari hasil operasi atau razia yang dilakukan Satpol PP Bukittinggi, evaluasi secara angka presentasi untuk para pelaku PSK sudah menurun namun untuk LGBT meningkat drastis.
"Pelaku LGBT ini kebanyakan berasal atau berdomisili diluar kota Bukittinggi meskipun ada juga yang berdomisili di Bukittinggi. Ada yang sudah berkeluarga dan memiliki anak namun lebih banyak yang masih lajang/remaja, " pungkasnya.
Kebetulan, akhir-akhir ini kami sudah melakukan pemeriksaan (BAP) terhadap pelaku LGBT yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, termasuk yang masih lajang. Namun tidak bisa kami sampaikan identitas-nya.
"Mereka beroperasi dan bertransaksi melalui aplikasi tersendiri di hp, ada di google play store, namanya aplikasi Walla. Setelah itu mereka melakukan pertemuan di suatu tempat, " bener Joni.
"Mari sama-sama kita selamatkan generasi bangsa kita dari bahaya pekat ini. Kita bimbing anak-anak dan warga disekitar kita untuk menjadi yang beriman, berkarakter, dan anak-anak yang memiliki masa depan yang mulia, " harap Joni Feri. (*)